Selasa, 07 Desember 2010

Kerajaan Sriwijaya

Dapunta Hyang membangun sebuah perkampungan (wanua) yang disebut Sriwijaya. Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 M menjadi bukti bahwa saat itu dibangun Kerajaan Sriwijaya.

Lama-kalaman perkampungan itu menjadi sebuah desa, bahkan menjadi kota. Faktor-faktor yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya, yaitu :
Letak yang stratagis
Keberhasilan Sriwijaya menguasai perairan yang strategis di Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaka, dan Tanah Genting Kra, dilihat dari segi pandangan dan militer sangat menguntungkan. Hal itulah yang kemudia mendorong Kerajaan Sriwijaya berkembang pesat sabagai Kerajaan Maritim.
Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan China
Perdagangan-perdangan dari China dan India yang melewati Selat Malaka selalu singgah di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Sriwijaya. Hal itu membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya berupa bea cukai, barang-barang yang masuk dan bea cukai kapal-kapal asing yang masuk melalui pelabuhannya, dan juga hasil-hasil bumi berupa rempah-rempah yang melimpah.
Kerubtuhan Kerajaan Pu-Nan
Pada awal abad ke-7 M, Kerajaan fu-Nan yang berada di daerah Indo-China mangalami keruntuhan akibat perang saudara. Kedudukannya sehingga Kerajaan Maritim yang memegang peranan penting dalam percaturan politik di daerah Asia Tenggara selama 6 abad diambil alih oleh Kerajaan Sriwijaya.
   
a. Sumber-sumber Sejarah

Dari berita China pada jaman Dinasti Tang disebutkan bahwa untuk pertama kalinya negeri Mo-Lo-Yo atau yang dikenal pada masa itu adalah Negara Melayu mrngirim utusan ke China pada tahun 644 M dan 645 M. Salah seorang pendeta dari China yang banyak meneliti tentang Sriwijaya pada mulanya untuk belajar tata bahasa Sansekerta. Selanjutnya, pada kedatangannya yang kedua ia menetap selama sepuluh (10) tahun untuk menerjemahkan kitab-kitab suci dari India ke dalam bahasa China.
Bukti sejarah tertulis berupa prasasti dari tinggalan Sriwijaya hanya sedikit, diantaranya :
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti ini ditemukan di tepi sungai Talang dekat Palembang, berangkat tahun 683 M atau 605 Ska. Isinya, Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci atau Shidhayarta dengan perahu. Ia berangkat dari Minagatanwan dengan disertai tentara sebanyak 2 laksa (20.000) orang. Dalam perjalanan ini ia berhasil menaklukkan beberapa daerah. Perjalanannya berlangsung selama delapan hari. Isi dari Prasasti Kedukan Bukit ditafsirkan sbb :
Jumlah dua laksa yang disebut-sebut bukanlah jumlah yang sebenarnya, melainkan hanya untuk menunjukkan bahwa jumlah tentara Dapunta Hyang itu sedemikian banyaknya sehingga sulit untuk menghitungnya. Dugaan itu diperkuat oleh baris keenam dari isi prasasti itu yang menyebutkan bahwa dua ratus orang menggunakan perahu dan seribu tiga ratus dua belas, berjalan di darat. Jadi bila dijumlahkan tidak lebih dari seribu lima ratus dua belas orang saja.


Prasasti Talang Tuo
Dari daerah Talang Tuo-lah presasti ini ditemukan. Oleh karena itu, prasasti ini dinamakan Prasasti Talang Tuo. Terdiri dari 14 baris kalimat dan berangka pada tahun 606 saka atau 684 Masehi. Isinya mengenai pembuatan sebuah taman yang diberi nama Sriksetia yang dimuat dengan maksud untuk kemakmuran semua makhluk, dan juga ada doa-doa yang terkandung unsur  agama Buddha Mahayana.
Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini ditemukan di Pulau Bangka. Isinya tentang permintaan kepada para dewa agar menjaga kedaulatan Sriwijaya. Pada kalimat terakhir tidak terdapat dalam Prassasti Berahi, yang isinya tentang Bumi Jawa tidak tunduk pada kedaulatan Sriwijaya.
Prasasti Karang Berahi
Sedangkan prasasti ini ditemukan di daerah Jambi. Isinya sama dengan
Prasasti Kota Kapur. Hampir sama isinya dengan Prasasti Kota Kapur. Dengan tahun yang sama dengan Prasasti Kota Kapur yaitu 686 Masehi.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditamukan di daerah Talaga Batu, dekat dengan kota Pamembang. Kutukan-kutukan bagi mereka yang melakukan kejahatan dan tindakan tidak taat kepada pemerintah-pemerintah raja.
Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Ligor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar